Peran Guru Dalam Penerapan Pendidikan Moderasi Beragama Di Sekolah
Abstract
Artikel ini berjudul “Peranan Guru dalam Pelaksanaan Pendidikan Moderasi Keagamaan di Sekolah”. Artikel ini berupaya menganalisis strategi penerapan pendidikan moderasi beragama melalui penerapan pendidikan kecerdasan emosional di sekolah. Penerapan pendidikan moderasi keagamaan di sekolah dinilai memiliki peran strategis karena sekolah merupakan wadah yang disediakan sebagai sarana pembentukan dan pengembangan potensi siswa. Penerapan moderasi beragama di lembaga pendidikan diimplementasikan dalam bentuk kurikulum tersembunyi. Artikel ini akan membahas beberapa aspek terkait penerapan pendidikan moderasi beragama di sekolah, antara lain: Apa yang dimaksud dengan Islam moderat? Bagaimana penerapan moderasi Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara? Bagaimana peran guru dalam menanamkan nilai-nilai moderasi beragama melalui penerapan pendidikan emosi di sekolah atau madrasah?. Dari hasil analisis artikel ini berhasil disimpulkan bahwa Islam moderat adalah pemahaman Islam yang memiliki keseimbangan antara dua jalan atau dua arah yang berlawanan atau berlawanan. Contoh: konflik antara spiritualitas dan materialisme, kontekstualisme dan idealisme, konsisten dengan perubahan. Asas keseimbangan sejalan dengan hakikat penciptaan manusia dan alam yang selaras dan serasi. Umat Islam adalah umat pilihan karena diprioritaskan oleh Allah untuk berlaku adil, terbaik dalam mengamalkan ajaran Islam dan menempuh jalan lurus yang berbeda dengan jalan orang-orang yang murka (Yahudi) karena meremehkan syariat dan tidak juga jalan orang yang sesat (Kristen) karena kelebihan agama. Selanjutnya untuk membentuk karakteristik dan mengembangkan kecerdasan emosional siswa dalam menerapkan moderasi beragama di sekolah, pembinaan dapat dilakukan dalam aspek-aspek berikut, yaitu: pertama, kesadaran diri, yaitu melatih kemampuan mengenali dan memahami suasana hati dan motivasi diri, sebagai serta pengaruhnya terhadap orang lain. Kedua, pengaturan diri, yang berupaya mengembangkan kemampuan seseorang untuk tidak bereaksi gegabah. Ketiga, motivasi internal, yaitu mengembangkan kemampuan siswa yang berkaitan dengan minat belajar guna melakukan perbaikan diri secara terus menerus. Keempat, empati, yaitu mengembangkan kemampuan untuk memahami reaksi emosional orang lain. Kelima, keterampilan sosial, yaitu upaya mengembangkan kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan sosial dan memenuhi kebutuhan tersebut atas dasar bersama, mengelola komunikasi dan membangun jaringan.
Copyright (c) 2021 Paizaluddin
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.